Scholars around the world share their latest research findings with a decidedly low-tech ritual: printing a 48-inch by 36-inch poster densely packe
Get Started for FREE
Sign up with Facebook Sign up with X
I don't have a Facebook or a X account
Your new post is loading...
Your new post is loading...
|
Ringkasan:
Artikel memuat fenomena terkait dengan presentasi research poster pada konferensi-konferensi akademik. Banyak yang berpendapat bahwa cara menggambarkan hasil riset yang dituang dalam poster kurang “menarik”. Mengingat poster biasanya ditampilkan bersandingkan dengan poster-poster riset yang lain dimana para pengunjung akan cenderung membaca secara skimming.
Mike Morrison, dari Michigan State University menyarankan agar desain poster dibuat lebih menarik. Tidak semua informasi harus di tuangkan di dalam poster. Informasi yang utama dan menarik yang ditampilkan. Sementara untuk mendapatkan detail, poster di tambahkan QR code yang dapat di scan oleh pembaca untuk mendapatkan informasi yang lebih detail.
Walaupun banyak yang setuju dengan ide tersebut, banyak juga yang menyampaikan kritiknya dan lebih menyukai tampilan tradisional poster riset yang memuat banyak informasi.
Tambahan Pemikiran:
Walaupun pembuatan poster hasil riset tidak se-tenar itu di Indonesia. Namun yang ingin saya highlight adalah
Menurut saya perlu pertimbangan agar hasil riset bisa di “nikmati” oleh audience yang lebih umum. Bukan berarti hasil riset harus selalu berat dengan desain. Namun adanya pertimbangan untuk desain dan juga pemilihan informasi harus diperhatikan oleh penulis.
Penggunaan teknologi seperti QR code sering dipandang sebelah mata. Padahal jika dikemas dengan baik, kita bisa memanfaatkan QR code ini untuk memasukkan detail informasi dari apa yang terlihat dan penggunaannya pun sangat gampang. Selain itu, QR code juga bisa dijadikan indikasi seberapa minat orang lain melihat tulisannya. Beberapa QR code memberikan informasi mengenai jumlah akses.